Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2018

Semut Hitam

Busuk, aku menutup hidung.  Ada puluhan semut hitam yang gotong royong,  menggotong remah sisaku semalam.  Aku rabun, mataku sembab.  Menangisku karna merindumu.  Kapan kau kembali? Ayo pulang,  aku menunggumu disini.  Katamu ini rumah kita.  Bukan, bukan ruangan busuk ini,  tapi rumah kayu disana.  Kau menunjuk sebuah rumah ditengah kota.  Aku tersenyum, kau paham betul, yang ku mau. Aku tak mau rematik dihari tua,  karena dinginnya keramik lantai bahtera kita.  Lalu kau atau aku tak bisa jalan berdua.  Kau dan aku berfikiran sama, kita memadu janji.  Memagutkan kan dua kelingking yang akan tegar meski ditimpa badai. Kita berjanji, rumah itu akan kita tempati Kau kata aku lupa, tidak.. Aku tak lupa kau janji akan kembali Kau suruh ku menunggumu Sampai kapan? Sampai waktu menjawab tanyaku Sampai kinipun aku menunggumu kembali Masih diruang busuk ini

Magribku yang Entah

Maghrib ini aku masih saja memikirkanmu. Tanpa tau apa yang kupikirkan tentangmu. Kau yang tak sempat membalas pesan singkatku sore ini, ataukah kau tak memiliki pulsa untuk membalasnya. Baiklah, lebih baik bagiku untuk tidak membahas apa alasanmu karena kau tak juga meluangkan waktumu untuk membalas pesanku. Langit begitu kelam, namun mataku masih dapat melihat kelelawar-kelelawar   rajin yang hendak mencari makan. Mereka terlihat begitu semangat menyambut malam. Mereka yang mempunyai tekad kuat untuk membawa pulang perut yang penuh dengan makanan.

Durian Terakhir

   Ranti, adalah seorang murid sebuah sekolah swasta di kota Bamboo. Ia termasuk anak yang berprestasi dan terkenal tertutup. Ranti sering juga mendapat prestasi di bidang sastra dan olahraga. Tentu saja hal itu membuat teman-teman ingin berteman dekat denganya. Namun, Terkadang Ia yang selalu moody membuat teman-teman menganggapnya sombong dan memilih-milih teman. Padahal mereka tidak mau tau betapa besarnya perjuangan ranti untuk melawan sifat moody-nya sehingga orang lain tidak lagi menganggapnya sombong.           Pernah suatu ketika, saat ranti duduk dikelasnya sambil membaca sebuah novel, tiba-tiba seseorang bernama fakhri mendekatinya dan mengajak ranti berbicara sebentar tanpa menghiraukan keseriusan ranti. Tentu saja, ranti merasa terganggu dan mencoba tetap berbicara sopan terhadap fakhri. Namun, entah seberapa penting yang akan dibicarakanya, tiba-tiba   fakhri merebut novel yang sedang dibaca ranti dan mencampakkanya kearah dinding sehingga novel itu rusak. Melihat p

Orang Kecil Vs Orang Besar

70 tahun silam, penjarah harta negeri kaya ini telah kalah Sebelum pulang, mereka menyiksa lahir batin moyang kita Kerja rodi juga romusa, makan tak diberikan Moyang kita kurus tinggal kulit pembungkus tulang Hingga mati karena kelaparan Penjajah perintahkan bekerja siang malam Tanpa rehat tanpa bayaran Lalu.. Mengapa kini orang besar negeri ini banyak mungkar Seperti ingin menciptakan sejarah penjajah baru Dipercayakan kursi empuk untuk memperjuangkan kemakmuran bangsa Nyatanya hanya menguap, tidur dan saku tetap kebanjiran? Begitukah cara orang besar menemukan kebahagiaan? Cara-cara licik, korupsi uang rakyat yang banting tulang Tak tau siang, tak kenal malam untuk mencari uang Orang kecil yakin! Orang besar tidak bahagia dengan uang haram Orang kecil yakin! surga tidak menunggu kedatangan orang licik Lihatlah orang kecil seperti kami Meski rumah kami hanya berlantai tanah Meski atap gubuk kami bocor sana-sini Meski dinding gubuk kami dari ba

Abad 21

Angin berhembus lunak Membelai kulit kering penuh bercak Malam menelan petang Cahaya mereguk tangis Sedang awak berderai tawa Jalan menunduk. Duduk menunduk. Berbaring mendongak. Miring bertumpu tangan. Menatap layar ajaib, lalu memainkan jemari tangan. Abad 21 Aku menyesalimu Yang kau antarkan hanya insan yang ingin bahagia sendiri Tertawa sendiri. Tersenyum sendiri. Otak yang tak berpikir lagi tentang realita Hati yang menjadikan bayangan sebagai teman Dan menjadikan teman sebagai bayangan Abad 21 Maukah kau bawa kembali abad sebelummu? Ataukah kau mau membuat manusia benar-benar maju? Generasi menunduk bukan tunduk Anak-anak. Pelajar. Mahasiswa. Dosen. Kuli. Pengangguran. Apapun jalan juang yang sedang kau tempuh Paham maksudku bukan? Tentang generasi “EF” yang kujudulkan Yaa Itulah kita Menunduk menjadi keseharian Orang lugu berpikir Mungkin dia menjaga pandangan Begitukah? Menjaga mata bukan pura